Wednesday, August 20, 2008

Matikan ponsel-nya doong

Dalam perjalanan menuju jakarta beberapa pekan yang lalu, saya bener-bener terhenyak dengan "kelakuan" orang indonesia. Apa pasal? nah, akan saya ceritakan dengan hati-hati.
Pesawat Garuda yang akan membawa saya melanglang pantura sebentar lagi akan lepas landas. Seperti biasa, larangan mematikan ponsel sudah di-halo2 oleh pramugari. Lampu dimatikan, pesawat sudah mulai jalan teratur, tapi *celinguk kiri dan waakkss* penumpang di sebelah saya, seorang bapak yang rapi jali (nampaknya seorang pengusaha) sedang asik menulis di communicatornya *sigh...entah kenapa, semenjak jadi bu-mil emosi saya sedikit melonjak-lonjak, rasanya ingin saya timpuk communicator bapak itu dengan sandal. Aduh, ini bapak pasti ga pernah baca koran or whatever, tentang bahayanya menghidupkan ponsel di dalam pesawat.Tau ga sih tuh bapak kalo frekuensi gelombang ponsel dengan mesin pesawat ini kebetulan sama dan sinergi, akan berakibat mengganggu jalannya pesawat tersebut, lebih fatal lagi berakibat mesin pesawat bisa langsung mati.Padahal telah banyak kecelakan pesawat yang diakibatkan oleh sinyal pada ponsel. Duh, ngakunya naik pesawat mahal tapi kenapa ga punya etiket..uggh
Setiap orang memang memiliki kepentingan dan keterdesakan, tapi mbok ya kita saling menjaga keselamatan bersama. Rakyat kita memang terbiasa menggunakan cara keras untuk menegakkan perilaku yang benar. Kalo perlu sebelum boarding, sita saja ponsel-ponsel para penumpang itu..hehe

Tuesday, August 5, 2008

Padang nan Sejuk


Syenengnya bisa mengunjungi kota ini. Hmm..kota ini memang mengundang berbagai pesona. Setelah pekanbaru dan medan yang hanya numpang singgah, di padang inilah petualangan dimulai*halah
Setelah kerjaan beres di malam hari, si bos masih nyempetin ngajak saya, sahabat saya di kantor, dan si bos untuk menikmati keindahan kota padang di waktu malam. Kebetulan waktu itu adalah malam minggu, tak ubahnya kehidupan malam di kota-kota lain, para pemuda sibuk meramaikan kota dengan berbagai atraksi. Sempat singgah di jembatan siti nurbaya kemudian dilanjutkan makan malam. Mungkin nih, karena kita dah kecapean jadi ga bisa menikmati keindahan kota. So, balik ke hotel adalah pilihan yang tepat.
Paginya, setelah sarapan masih sempet mejeng-mejeng di hotel. Kebetulan nih, hotel pangeran tempat kita nginep, belakang bangunan hotel langsung menghadap ke laut..hmm, viewnya lumayan keren. Sebenernya sih, saya dan sahabat ga sabar untuk jalan-jalan ke bukit tinggi.
Nah, ini yang ditunggu-tunggu. Kita memulai perjalanan dengan mengunjungi Danau Maninjau lebih dulu. Hmm..danau yang cantik, hawa yang segar menambah kenikmatan berwisata di sana. Perjalanan dilanjutkan menuju bukit tinggi, tapi rute yang dilalui bukanlah jalan kota yang lurus mulus. Namun, kita akan melewati rute kelok Ampek Puluah Ampek (Kelok 44). Maksudnya jalan yang dilalui akan menemui kelok yang terjal sebanyak 44 kali. Wonderful, rasanya senang sekali menikmati perjalanan kali ini. (sembari berdoa agar saya tidak mabuk.com). Di kiri-kanan jalan yang kami lalui ternyata banyak monyet yang dengan sigap menangkap pemberian makanan dari kami.*menggemaskan. Tak terasa sampailah di Bukit Tinggi. Wuih, hawanya yang sejuk meskipun hari telah siang membangkitkan semangat kami untuk belanja dan berfoto*ceilee. Kota ini memang menjadi tujuan utama wisata kota padang. Tak hanya sejuk, kota ini juga menawarkan tempat berbelanja kain yang cukup murah dan beragam. Jangan lupa pula untuk mampir ke kedai sate padang yang rasanya aduhaii; warung sate Mak Syukur, kedainya ada di daerah Padang Panjang (nah, ini kampungnya si bos). Dijamin, tidak bisa menolak jika ditawari untuk tambah satu piring lagi...Intinya, kota ini layak dijadikan salah satu tujuan wisata.

Konsep Diri

We are what we think. All that we are arises with our thoughts. With our thoughts, we make the world (The Buddha).

Tadi malam, adik suami yang baru saja masuk SMP mengeluh kecapean.
“Kenapa ya mb, akhir-akhir ini aku capek deh, jadi males kalo mau belajar.” Keluhnya.
“Nah, berarti ada masalah dengan konsep dirimu.” Saya melanjutkan.
“Loh, semua temenku juga begitu kok, pada kecapean.” Katanya membela diri.
Hmm.. ternyata anak seumur itu juga menghadapi masalah juga ya.. kadang nih masalah yang sering dihadapi oleh kita (anak-anak juga) berakar dari problem konsep diri. Manusia seringkali suka menilai yang macam-macam terhadap dirinya dan orang lain. Parahnya, mereka kadang turut meyakini persepsinya yang belum tentu objektif. Akibat yang timbul bisa bermacam-macam, dari kurangnya percaya diri hingga *narsis mode on.
Lalu, apa sih konsep diri itu? Nah, ini saya ambil dari e-psikologi tentang definisi konsep diri. Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.
Sebaliknya, seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang.


Saya yakin jika konsep diri yang positif dapat dibentuk sedari kecil. Tentunya melalui pola asuh yang baik serta lingkungan yang mendukung tumbuh kembang si kecil. Sikap atau respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif. Sebaliknya, perilaku orang tua yang kerap mengabaikan dan melecehkan anak akan mendukung konsep diri negatif pada anak. So..saya harus bersiap rupanya dari sekarang, menyiapkan anak saya sebagai “pejuang tangguh” yang memiliki konsep diri positif serta hati seluas samudra, *halah

Berkarya…berkaryaa

Aduuhh..apa setiap bu-mil selalu mati kreativitas yaa..
Di kantor nih kalo abis maem siang pasti bawaannya ngantuk. Kerjanya jadi ga produktif *wink, entah ke mana menguapnya ide-ide segar, rasanya pengen cepet pulang trus rebahan di kamar…
Bulan ini kudunya nyelesein naskah buat sayembara, namun apa daya draft kotornya aja belon jadi..hikss. Untung perbaikan buku diknas kemaren dah selese, padahal daku sempet ditelpon ma pusbuk, disangka belum ngumpulin buku revisian*syebel..masa bu-mil boong*
Pokoknya nanti malem kudu mulai nuliss
Ayoo bumil semangat…