Kali ini tak ada pekerjaan yang istimewa. Project tetapnya hanyalah membuat cergam anak yang bertajuk kebudayaan melayu. Kali ini tidak mengedit, namun menulis sebuah cerita berdasarkan sumber-sumber yang terpercaya. Cerita rakyat pada umumnya merupakan sastra lisan yang berkembang di masyarakat. Hal itu berlangsung secara turun-temurun. Diceritakan satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian, sah-sah saja jika ada pihak yang ingin menulis sebuah cerita rakyat yang digubahnya sendiri. Tak perlu meminta izin copyright karena cerita rakyat merupakan salah satu domain publik. Salah satu sumber yang digunakan dalam penulisan cerita rakyat melayu ini adalah dari Atlas Kebudayaan Melayu. Atlas Tahap I ini memiliki ketebalan 1006 halaman. Kiranya cukup memuat informasi penting terkait dengan kebudayaan melayu. Tim penyusun atlas ini adalah Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Pemerintah Provinsi Riau. Budaya melayu bagi orang Riau dianggap sebagai mahligai “pucuk jala pumpunan ikan” atau pusat rujukan bagi denyut nadi pembangunan di Riau. Sehingga tak ayal jika proyek penyusunan atlas ini didanai habis-habisan oleh pemerintah Riau. Hal ini juga terkait dengan Visi Riau 2020 yang ingin mengembalikan keagungan budaya Melayu ke tangan Riau. Alih-alih ingin menjadikannya sebagai Pusat Kebudayaan Melayu di Asia Tenggara. Can’t wait...
Lalu bagaimana dengan Yogyakarta tercinta? Pemerintah Yogyakarta juga memiliki ketertarikan yang sama tentang hal ini. Kabarnya penyusunan ensiklopedia Yogyakarta menghabiskan dana 5 Milyar lebih..that’s amazing!! Yogyakarta bahkan berobsesi memiliki ensiklopedia per kabupaten dan kota. Kita doakan saja semoga upaya ini berhasil sehingga setidaknya dapat menyaingi Provinsi Jawa Barat yang telah memiliki Ensiklopedia Sunda.
Overall..mengerjakan cergam seperti menemukan oase segar. Hmm..mungkin nuansanya sedikit berbeda sehingga fun saat mengerjakannya. Sudah sekitar 8 cergam yang telah terselesaikan. Sinopsisnya akan diposting secara berkala di sini.
Tuesday, March 11, 2008
Sunday, March 2, 2008
Sang Gardu Epos...
Seru..seru..dan seru ketika membaca naskah ini. Naskah lokal yang hendak menyajikan kearifan daerahnya. Saya telah mengubur dalam-dalam prasangka buruk yang sering nakal menyeruak. Naskah ini bercerita tentang seorang Bupati di wilayah Kalimantan Selatan yang hendak memberi tauladan tentang sebuah kepemimpinan. Bupati tersebut menyebutnya sebagai Manajemen Ilahiyah..Pola manajemen ini digagas oleh Sang bupati. Pola pemerintahannya amat kental dengan nilai religius. Terbukti dengan adanya program rutin yang harus dilaksanakan segenap jajaran pemerintahan kabupaten. Adanya pengajian setiap malam jumat dimana para pejabat eselon menjadi pelayan bagi para majelis yang hadir. Sungguh fenomena yang memikat. Atau lihatlah, begitu sayangnya Bupati tehadap para anak yatim dan perhatiannya yang besar terhadap pendidikan serta kesehatan. Terlepas dari hal tersebut, kiranya tanpa digembor-gemborkan sudah selayaknya seorang pemimpin bersikap seperti itu. Namun, kiranya pola manajemen ilahiyah ini dapat diterapkan di berbagai daerah lain karena manajemen berlandaskan ketuhanan itu tak mesti diterapkan di tengah masyarakat muslim. Akan tetapi, dapat diterapkan di tengah masyarakat lain yang mengagungkan nilai kebenaran. Mungkin inilah yang lama kita nantikan, rem bagi perilaku menyimpang yang kerap dilakukan para pejabat pemerintahan. Rencananya buku ini akan dijadikan oleh-oleh bagi para pejabat yang akan berkunjung ke Kabupaten tersebut. Mudah-mudahan hal ini membawa angin segara bagi seluruh daerah di Indonesia. Wallahualam bi showab
Subscribe to:
Posts (Atom)