Saya tiba-tiba baru ngeh kalau teman-teman di kantor--para editor, ternyata hampir semua tidak punya background dunia perbukuan. Gampangnya, mereka"terjerumus" menjadi editor. Profesi inipun belum banyak diyakini sebagai sesuatu yang menjanjikan. Padahal profesi editor bukanlah profesi baru di Indonesia.
Profesi ini sudah ada sejak 1890 sebelum kemunculan Balai Pustaka tahun 1917. Namun, Profesi ini terasa belum mapan kehadirannya di Indonesia dan cenderung kurang berkembang dari sisi keilmuan maupun profesionalitas karena memang sebagian besar pelakunya adalah autodidak. Hal seperti ini juga hampir berlaku di berbagai belahan dunia. Namun, bedanya kajian terhadap ilmu editing ini mulai digiatkan di beberapa negara dalam lingkup studi media. Semestinya Indonesia bisa menggiatkan tentang kajian ini. Saya ingat ucapan ampuh Stephen King bahwa to write is humane, to edit is divine. Nah, betapa tingginya kedudukan seorang editor menurut empu Stephen. But, believe or not para penggiat perbukuan di Indonesi pun masih memandang sebelah mata keberadaan para editor. hmm..we gonna be the star...
No comments:
Post a Comment